MOSKOW, - Sejumlah pakar mengatakan bahwa keputusan Washington untuk menggelontorkan dana bantuan skala besar bagi Ukraina jelas akan mempengaruhi perekonomian nasional Amerika Serikat.
Sebelumnya, pada Sabtu (21/5), Gedung Putih mengatakan bahwa Presiden AS Joe Biden sudah menandatangani undang-undang untuk memberikan bantuan senilai $40 miliar ke Ukraina.
Pada hari Kamis, pihak Senat AS meloloskan RUU Paket Bantuan Tambahan Ukraina melalui pemungutan suara 86-11, dimana oposisi datang dari Partai Republik, termasuk Rand Paul dan Josh Hawley, yang mengangkat kekhawatiran tentang dampak potensial alokasi pada perekonomian Amerika Serikat.
Senator Paul mengatakan pada pekan ini bahwa Amerika Serikat kemungkinan harus meminjam uang dari China karena tidak memiliki uang untuk dikirim ke Ukraina. Senator menambahkan bahwa Washington "tidak dapat menyelamatkan Ukraina dengan menghancurkan ekonomi AS."
AS sendiri sebenarnya telah mengalami serangan inflasi yang tinggi, dengan Departemen Tenaga Kerja AS pada bulan Maret kemarin mengumumkan bahwa indeks harga konsumen naik 8,5% dari tahun lalu. Dengan demikian, pemerintah harus mencari cara untuk mendapatkan dana bantuan yang dibutuhkan oleh Ukraina tanpa mengganggu perekonomian lebih jauh.
"Secara teknis, (Senator) Paul benar - AS perlu membiayai defisit dan utangnya, jadi kecuali pemerintah menaikkan pajak atau memotong pengeluaran sosial, AS harus meminjam," kata Robert Singh, seorang profesor politik di Birkbeck, University of London, kepada Sputniknews.
Ia mencatat bahwa Beijing telah membeli obligasi Treasury AS selama beberapa dekade terakhir.
Sementara itu, Gloria Shkurti Ozdemir, peneliti kebijakan luar negeri di SETA Foundation yang berbasis di Turki, juga membenarkan ketidak-setujuan Senator Rand Paul pada tahun 2020 lalu, terkait paket stimulus COVID-19.
“Jadi, di sini kita kembali dengan Senator Paul membuat komentar serupa tentang bantuan ke Ukraina. Pernyataan Paul ini di beberapa poin sangat benar dalam arti bahwa bantuan ini sangat besar dan akan berdampak besar pada ekonomi Amerika, terutama ketika inflasi telah mencapai tingkat yang sangat tinggi dan ekonomi AS sedang berjuang," kata Shkurti, seraya menambahkan bahwa dia meyakini jika pemerintah AS tidak hanya akan meminjam uang dari China saja namun The Fed juga akan terpaksa mengambil kebijakan.