BRUSSELS, - Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell kembali menegaskan bahwa Uni Eropa sebenarnya tidak ingin terlibat perang dengan Rusia. Hanya saja, kebijakan sanksi ekonomi yang diberlakukan oleh Uni Eropa tetap menjadi instrumen kunci dalam melawan "agresi" Rusia di Ukraina.
Hal itu ia sampaikan dalam sebuah artikel opini yang dirilis oleh surat kabar Jepang, Yomiuri.
“Uni Eropa tidak menginginkan perang dengan Rusia, dan sanksi ekonomi adalah pusat tanggapannya terhadap agresi,” tulis Borrell.
Ia menunjukkan bahwa kebijakan sanksi yang dijatuhkan oleh Uni Eropa saat ini sudah menargetkan sekitar 1.200 individu dan 98 organisasi di Rusia. Borrell juga mengklaim bahwa kebijakan sanksi “sudah mulai berlaku dan akan meningkat lebih lanjut dalam beberapa bulan mendatang.”
“Sejauh menyangkut teknologi canggih, Rusia bergantung 45% pada Eropa dan 21% pada Amerika Serikat. Hanya 11% untuk China,” klaimnya, seraya menambahkan bahwa sanksi tersebut juga membatasi kapasitas produksi rudal presisi, yang digunakan di Ukraina. Borrell juga menyebut manufaktur mobil, penerbangan, dan industri minyak sebagai sektor yang paling terkena sanksi.
Diplomat top UE mengakui bahwa tindakan yang diambil terhadap Moskow juga telah membawa “kesulitan serius bagi banyak negara anggota Uni Eropa, khususnya di sektor ekonomi.”
“Tapi ini adalah harga yang harus dibayar untuk melindungi demokrasi dan hukum internasional, dan kami mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mengatasi masalah ini dengan solidaritas penuh,” tegasnya.